Perjalanan NasDem: Dulu Di-bully saat Lawan Anies, Kini Dipuji bak Telah Dapat Hidayah

Kala itu, Ahok menjadi lawan Anies Baswedan di pemilihan Gubernur DKI Jakarta.

Kujiwa Pramesta
Jum'at, 02 Juni 2023 | 14:09 WIB
Perjalanan NasDem: Dulu Di-bully saat Lawan Anies, Kini Dipuji bak Telah Dapat Hidayah
Anies Baswedan dan Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh. [ist/dok IG @aniesbaswedan]

Suara Sumatera - Partai NasDem kini mengusung mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan untuk maju dalam Pemilihan Presiden atau Pilpres 2024.

Perjalanan NasDem sebelum mendukung Anies Baswedan sebagai calon presiden (capres) pun menjadi sorotan.

Direktur Jaringan Moderat Indonesia, Islah Bahrawi pada Pilkada 2017 lalu, NasDem pernah di-bully habis-habisan karena mendukung Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).

Kala itu, Ahok menjadi lawan Anies Baswedan di pemilihan Gubernur DKI Jakarta.

Baca Juga:Raffi Ahmad Tegaskan Pergi Haji Pakai Ngantri Dulu, Sampai Puluhan Tahun Gak Fi?

"Dulu di Pilkada 2017, Nasdem mendukung Ahok dan melawan Anies. Nasdem dibuli habis2an. Sampai reporter Metro TV di lapangan pun jadi sasaran, dan kita ingat, Metro TV diplesetkan jadi Metro Tivu. 2019 Nasdem didoain bubar karena jadi 'die-hardnya' Jokowi," ungkap Islah melalui Twitter-nya @islah_bahrawi, dikutip Jumat (2/6/2023).

Dia menyebut bahwa semua sudah berubah. Saat ini pihak yang yang dulu membenci NasDem berbalik memuji habis-habisan karena partai tersebut mendukung Anies.

Bahkan, kata Islah, jika Surya Paloh kini didaulat sebagai orang yang telah mendapat hidayah karena keputusannya mengusung Eks Gubernur DKI Jakarta itu.

"Sekarang Nasdem mendukung Anies bersama PKS dan Demokrat. Lalu semua berubah. Yang dulu menghujat Nasdem dan Metro TV, sekarang memuji. Bahkan pak Surya Paloh didaulat 'telah mendapat hidayah'," ujar tokoh Nahdlatul Ulama (NU) tersebut.

Lebih lanjut, Islah menilai jika hal tersebut wajar dalam dunia perpolitikan. Ia mengatakan rakyat adalah mainan elite politik. 

Baca Juga:Gubernur Ridwan Kamil Tebar Inspirasi Kepemimpinan kepada Generasi Muda

Saat pendukung saling melawan satu sama lain, ada pihak-pihak yang memanfaatkan itu semua.

"Memahami tabiat politik itu sederhana aja. Bahwa kita semua hanya jadi mainan para elit politik. Kita gontok-gontokan untuk menjadi pasukan tempur para elit yang ngerancang drama2nya di executive lounge Four Seasons, Fairmont atau di pulau milik pribadi. Mereka ketawa-ketiwi karena kalian militannya nembus langit, tapi mereka mana mau tahu token listrik kalian udah kedip2," tutur Islah.

Dia kemudian menyinggung soal kawan dan lawan dalam politik yang semuanya ditentukan oleh kepentingan elite saja. 

Islah pun mengaku merasa lucu melihat para pendukung yang mati-matian membenci, kini memuji setinggi langit.

"Trajektori "kawan dan lawan" dalam politik itu ditentukan oleh kepentingan elit. Lucu aja ngeliat kalian yang dulunya mati-matian mencaci, tiba-tiba memuji setinggi langit. Kelihatan banget kalau kalian sebenarnya lapisan terbawah dalam kasta politik," tegas dia.

Disclaimer: Artikel ini merupakan kerja sama Suara.com dengan Warta Ekonomi. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi artikel menjadi tanggung jawab Warta Ekonomi.

REKOMENDASI

BERITA TERKAIT

Politainment

Terkini

Tampilkan lebih banyak